Sabtu, 12 Desember 2009

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan

Untuk yang ingin mendapatkan ilmu yang cukup lengkap dengan biaya relatif terjangkau, saya sarankan mengikuti GELS di RS Hasan Sadikin Bandung. Ilmunya merupakan rangkuman dari penanganan gawat darurat di bidang IPD, obgin, bedah, dan lain-lain, juga termasuk materi-materi penting dari ATLS, ACLS dan EKG, bahkan terakhir mereka juga memasukkan animal lab (kambing). Pada sertifikat nanti dicantumkan kualifikasi apa saya yang sudah anda pelajari, sebagai bahan pertimbangan rumah sakit/tempat anda akan bekerja.

KURSUS-KURSUS “WAJIB”

ATLS (Advanced Trauma Life Support)
a. Lokasi : RSCM / FK UI
Contact Person : Tetty/Citra/Andri
Telp/Fax : 021-3928840 / 021-3906875
Perkiraan biaya/lama : Rp 3.500.000 / 3 hari
Transfer ke Komisi Trauma (Bank Mandiri RSCM) No.Rek. 1220095000108
b. Lokasi : RSPAD Gatot Subroto
Contact Person : Tuti / 021-3524264
Perkiraan biaya/lama : Rp 2.500.000 / 3 hari
c. Lokasi : RS Sardjito Surabaya
Contact Person : Mimin / 0274-581333
Perkiraan biaya/lama : Rp 2.500.000 / 3 hari
d. Lokasi : RS Hasan Sadikin Bandung
Contact Person : A’ah atau Diana / 022-2038436

ACLS (Advanced Cardiac Life Support)
Lokasi : RS Harapan Kita Jakarta
Contact Person : Bagian Diklat
Telp/Fax : 021-5684085 / 021-56962694
Perkiraan biaya/lama : Rp 1.500.000/ 3 hari
Transfer ke RS Harapan Kita CQ Pusat Diklat (Bank Mandiri)
No.Rek. 116.000.203.2598

EKG (Elektrokardiografi)
a. Lokasi : RS Harapan Kita Jakarta
Contact Person : Sekretaris Pusat Diklat
Telp/Fax : 021-5684085 / 021-56962694
Perkiraan biaya/lama : Rp 750.000 / 3 hari
b. Lokasi : Bagian Faal FKUI
Contact Person : 021-31930366
Perkiraan biaya/lama : Rp 1.300.000 / 6 minggu 3x/mg

GELS (General Emergency Life Support) alias PPGD
a. Lokasi : Diklat UI / RSCM
Contact Person : Ibu Hilmi
Telp/Fax : 021-3146620
Perkiraan biaya/lama : Rp 2.800.000 / 8 hari
Transfer ke Bank Mandiri Cbg RSCM No.Rek. 1220004044460
b. Lokasi : RS Hasan Sadikin Bandung UGD Lt.3
Contact Person : Bp. Aris / 08156002759
Telp/Fax : 022-4215461 / 022-4203960 atau 022-2033925
Perkiraan biaya/lama : Rp 2.000.000 / 8 hari
Transfer ke Bank Mandiri an/ dr Tri Wahyu No.1320004539145

HIPERKES (Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja)
Lokasi : Ditentukan kemudian
Contact Person : Ibu Tien / 0816-1614270
Telp/Fax : 021-8619343
Perkiraan biaya/lama : Rp 1.300.000 / 7 hari


KURSUS-KURSUS “DOKTER PLUS”

Kursus Akupungtur Dasar
Lokasi : Sentra SP3T RSCM
Contact Person : Veni/Wahidi
Telp/Fax : 021-3923669
Perkiraan biaya/lama : Rp 2.300.000 / 1,5 bulan intensif
Transfer ke Sentra SP3T (Bank Mandiri RSCM) No.Rek. 1220004022516
Bagi yang sudah mengikuti kursus Akupungtur Dasar dapat melanjutkan ke Akupungtur Kecantikan.

Pendidikan & Pelatihan USG Kedokteran Indonesia
Lokasi : Sekretariat Diklat USG PUSKI
Telp/Fax : 021-7230060/ 021-7230061
Perkiraan biaya/lama : Rp 3.000.000 / 3 bulan magang
Email : intium@cbn.net.id
atau :
Lokasi : Sekretariat PUSKI Pusat Bgn.Radiologi FKUI
Telp/Fax : 021-3905415 / 021-31908746
Email : isum@centrin.net.id

Kursus Resusitasi Neonatus
Contact Person : Sekretariat Perinasia
Jl. Tebet Utara 1A/22 Jakarta 12820
Telp/Fax : 021-8281243 dan 021-83794513/ 021-7230061
Perkiraan biaya/lama : Rp 1.400.000 / 2 hari
Email : perinasi@centrin.net.id
Transfer ke Perinasia (Bank Lippo Cabang Tebet) No.Rek.55030450657

Kursus Manajemen Laktasi
Contact Person : Sekretariat Perinasia
Jl. Tebet Utara 1A/22 Jakarta 12820
Telp/Fax : 021-8281243 dan 021-83794513/ 021-7230061
Perkiraan biaya/lama : Rp 500.000 tanpa boneka bayi, Rp 750.000 dengan
boneka bayi / 2 hari
Email : perinasi@centrin.net.id
Transfer ke Perinasia (Bank Lippo Cabang Tebet) No.Rek.55030450657
FCCS (Fundamental Critical Care Support Course)
Contact Person : Sekretariat Perdici
Telp/Fax : 021-68599155/021-31909033
Email : info@perdici.org
Website : www.perdici.org
Kursus buat dokter yang ingin mengambil spesialisasi anestesi atau yang bekerja di ICU


KURSUS-KURSUS “NICE TO KNOW”

Kursus Beauty Care untuk Dokter
Penyelenggara : Carla Beauty School
Contact Person : Mr Mirco Seetiadji
Telp/Fax : 021-5666424 /021-5667982
Perkiraan biaya/lama : Rp 5.000.000 / 1 atau 2 bulan
Jadwal :
http://www.carlaskincare.com/beautyschool
Bekerja sama dengan luar negeri, setelah lulus mendapatkan diploma. CIBTAC.

Fundamental & Advanced Hypnotherapy
Lokasi : Ditentukan kemudian
Penyelenggara : Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH)
Perkiraan biaya : Rp 2.500.000 / 2 hari
Jadwal & Lokasi :
http://www.ibhcenter.com atau
http://www.yannurindra.com
Menyelesaikan Advanced workshop setelah Fundamental workshop mendapatkan gelar “Certified Hypnotherapist” (CH). Bagaimana menggunakan hypnosis untuk mengatasi fobia/trauma, psikosomatis, dll.


PENDIDIKAN KEDOKTERAN BERKELANJUTAN (PKB)
PKB IDI

Website :
http://www.idionline.org/cme
Kesempatan untuk mendapatkan SKP IDI dengan membaca artikel dan menjawab pertanyaan.

Sekretariat Pendidikan Berkelanjutan FK UI (PKB/CME FKUI)
Lokasi : Dekanat FKUI Jl. Salemba Raya No.6 Jakarta Pusat
Telp/Fax : 021-3106737/ 021-3106443
Email :
cme_fkui@yahoo.com
Biaya : Rp 200.000 untuk langganan majalah kedokteran bulanan Medical Progress selama 3 tahun dengan 4 SKP tiap mengisi jawaban CME 60% benar satu edisi.

NM2DC (National Medical Multimedia Development Center)
Lokasi : Gedung Perpustakaan FK UI Lt.1 Ruang Multimedia/AV
Telp/Fax : 021-3908082
SMS : 0811-946156 / 0812-8906418
Website :
http://www.medical-e-books.com
Biaya : Rp 785.000 untuk mendapatkan 1 paket multimedia berisi 30 judul CD kedokteran sekaligus keanggotaan untuk akses gratis ruang multimedia Perpustakaan FK UI. Garansi CD seumur hidup, gratis update bila ada versi baru dan boleh menambah judul lain dengan Rp 20.000/30.000 per CD.

Rabu, 09 Desember 2009

7 Fakta Seks yang Belum Anda Tahu

Percayakah Anda kalau kualitas hubungan dengan pasangan juga ditentukan oleh wawasan Anda tentang seks? Nah... supaya pengetahuan Anda terus bertambah, inilah tujuh fakta tentang seks yang mungkin saja belum pernah Anda dengar sebelumnya.

1. Secara global, rata-rata pasangan melakukan 139 kali hubungan seks dalam setahun. Menurut Durex Global Sex Survey 2002, warga negara Perancis tercatat sebagai pasangan paling aktif, dengan melakukan 167 kali hubungan seks dalam kurun waktu 365 hari.

2. Sebagian besar kondom untuk pengaman ternyata dapat didaur ulang. Kondom yang terbuat dari bahan lambskin dan lateks merupakan jenis yang biodegradable atau dapat didaur ulang. Tapi kondom yang terbuat dari polyurethane tidak dapat didaur ulang.

3. Bagi yang ingin lebih menikmati seks, kini telah tersedia CD musik yang dapat membantu mengatur mood saat bercinta. Cobalah pilihan musik klasik seperti "Shacking Up to Chopin", "Making Out to Mozart", dan "Bedroom Bliss with Beethoven".

4. Jangan lakukan douche atau membasuh liang senggama segera setelah melakukan hubungan seks. Praktik ini tidak direkomendasikan karena dapat menyapu bakteri menguntungkan dalam vagina dan memengaruhi tingkat keasaman atau pH. Tindakan ini juga dapat memudahkan terjadinya infeksi dalam organ reproduksi.

5. Nge-seks dengan selebriti adalah fantasi nomor 1 di dunia berdasarkan hasil survei yang dilakukan Durex. Survei juga menemukan bahwa empat dari 10 orang ternyata berfantasi seks dengan kekasih dari teman baik mereka!

6. Fenomena blue balls nyata adanya. Blue balls adalah rasa sakit yang dirasakan di sekitar buah zakar. Ketidaknyamanan ini terjadi karena derasnya aliran darah yang mengalir ke penis daripada aliran darah keluar. Tidak seimbangnya aliran yang masuk dan keluar ini memicu penumpukan serta kenaikan volume darah yang terjebak di organ genital sehingga membuat penis mengalami ereksi dan testis menjadi membesar.

7. Setidaknya butuh waktu hingga delapan bulan bagi pasangan untuk memperoleh hasil positif kehamilan. Jadi, Anda tidak akan begitu saja dengan mudah membuat istri hamil. Namun begitu, penantian itu tentu menjadi lebih berarti. Jadi tunggulah hingga setahun sebelum Anda mempertanyakan kesuburan Anda!

10 Hal Turunkan Kemampuan Seks Pria

Kemampuan seksual pria identik dengan ereksi. Begitu pentingnya kemampuan ini, sehingga banyak hal harus dijaga dan diperhatikan oleh para pria.

Berikut ini beberapa hal yang dapat memengaruhi kemunduran seksual pria, menurut Prof. Dr. Djoko Rahardjo, Sp.BU, dari Sub-bagian Urologi, Bagian Bedah Fakultas Kedokteran UI/RSCM:

1. Usia. Pria usia lanjut biasanya mengalami keadaan yang disebut andropause. Ini adalah masa di mana produksi testosteron berkurang.

2.Diabetes. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah dan merusak saraf, termasuk pembuluh darah ke daerah reproduksi. Inilah yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi ereksi.

3. Hipertensi. Tekanan darah tinggi menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sehingga lama kelamaan lumen pembuluh akan menyempit. Kejadian ini tidak hanya di bagian pembuluh jantung atau otak, melainkan juga di bagian genital. Akibatnya, aliran darah ke genital berkurang. Gangguan ereksi pun sangat mungkin terjadi.

4. Kadar kolesterol tinggi. Kolesterol yang terus-menerus tertimbun dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya dan menyempitnya pembuluh darah. Penyempitan pada penis menyebabkan terjadinya kesulitan ereksi.

5. Gangguan saraf. Parkinson, kencing manis, stroke, dapat menyebabkan menurunnya fungsi saraf. Akibatnya, aktivitas neurotransmitter berkurang dan menurunkan rangsang saraf. Terjadilah gangguan ereksi.

6. Trauma. Trauma yang langsung mengenai daerah kemaluan akan merusak korpus kavernosum, saraf, dan pembuluh darah yang akhirnya menyebabkan gangguan ereksi.

7. Faktor psikis. Stres entah karena fisik atau psikis mampu melelahkan mental dan menghambat kerja neurotransmitter, sehingga tidak terjadi rileksasi otot polos. Akibatnya, ereksi terganggu.

8. Penyakit infeksi. Infeksi kronis seperti TBC, HIV, hepatitis mengakibatkan kemunduran kerja neurotransmitter dan penurunan kadar estrogen yang kemudian menimbulkan turunnya libido.

9. Obat-obatan. Obat perangsang, narkotika, dan beberapa obat penurun tekanan darah dapat mengganggu kemampuan ereksi.

10. Merokok. Selain dapat memicu kanker paru, juga menyempitkan pembuluh darah.

8 Mitos Tentang Disfungsi Ereksi

Dalam sebuah survei bertajuk Asia Pacific Sexual Health and Overall Wellness (APSHOW), ada sejumlah mitos tentang Disfungsi Ereksi (DE) yang masih dipercaya sebagian kaum adam. Padahal, mitos ini tidaklah benar. Saatnya kita beberkan faktanya. Berikut mitos-mitos tersebut.

1. Sulit ereksi adalah hilangnya ketertarikan seks atau mandul.
Faktanya, sebagian pria dengan kesulitan ereksi masih memiliki gairah dan keinginan untuk mendapat orgasme dan mengalami ejakulasi cairan semen. Kesulitan ereksi terkait dengan kemampuan membuat atau mempertahankan ereksi dan tidak berarti kehilangan keinginan dalam melakukan hubungan seksual.

2. Pria selalu ingin dan siap untuk melakukan hubungan seks. Faktanya, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Dalam kehidupan nyata, kelelahan fisik atau berpikir keras mengenai pekerjaan dan keluarga bisa memengaruhi gairah pria dan kegiatan seksualnya. Berada dalam kerangka pikir yang tepat adalah penting dalam stimulasi respons seksual pada pria.

3. Disfungsi ereksi hanya memengaruhi pria. Fakta ini tidak sepenuhnya benar karena wanita juga terkait dengan masalah tersebut. Itu karena wanita juga dapat merasakan dampaknya. Kecenderungan untuk menghindari kontak seksual sering kali menyebabkan pasangan merasa tidak dicintai lagi, tidak diinginkan, dan tidak menarik lagi. Kegagalan dalam mengomunikasikan atau mengetahui permasalahan bisa mengakibatkan depresi dan kecemasan.

4. "Pria sejati" tak mungkin sulit ereksi.
Kenyataannya, pada suatu waktu, banyak pria kesulitan mengalami ereksi dan mempertahankannya. Hal ini seiring pertambahan usia, perilaku budaya, dan kebiasaan serta keyakinan. Sesekali mengalami poblem mencapai ereksi atau mempertahankannya bukanlah masalah. Namun jika persoalan berlanjut, maka hal itu akan memengaruhi kehidupan pribadi.

5. Mitos: mencari pertolongan untuk problem sulit ereksi meliputi tes yang memalukan dan tak nyaman. Padahal, hal itu tidak demikian. Masalah tersebut ada baiknya didiskusikan agar mendapat solusi yang terbaik. Beberapa pria menemui kesulitan untuk berdiskusi tentang persoalan yang dihadapi,
terutama permasalahan yang terkait kesehatan seksual. Kesulitan ereksi
berhubungan kuat dengan persoalan budaya atas potensi, sukses, dan
kejantanan, yang sering dilingkupi budaya diam.

6. DE adalah problem lumrah dalam proses penuaan. Nyatanya, disfungsi ereksi tidak harus dianggap sebagai hal yang normal untuk semua pria usia berapa pun. Sekalipun mungkin mereka yang lebih senior membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa terangsang dan mungkin membutuhkan stimulasi fisik, hal ini tidak berarti mereka mengalami disfungsi ereksi.

7. DE "berada di kepala". Kenyataannya, sebelum dikenal sebagai impoten, DE merupakan topik yang tabu dibicarakan dan merupakan kajian khusus di bidang psikologi. Sekalipun DE memiliki penyabab psikologis (misalnya cemas, stres, perasaan bersalah tentang seksual, kelelahan, masalah dalam hubungan, perasaan terhadap pasangan, dan depresi), kini diketahui bahwa sekitar 80 permasalahan memiliki sebab yang berhubungan dengan masalah fisik.

8. Kesulitan ereksi akan berlalu. Kenyataannya, persoalan DE adalah persoalan medis dengan solusi pengobatan. Sama halnya dengan terapi yang harus kita terima untuk mengobati kondisi seperti hipertensi, kita juga harus mengobati DE. Bila dibiarkan tidak diobati, DE dapat menimbulkan konsekuensi psikologis, termasuk perasaan malu, kehilangan, atau minder.

Usaha Menjadi Dokter Pemegang Pisau

Kemarin tanggal 08 Desember 2009, sudahlah aku menjalani ujian hari pertama seleksi PPDS di UNPAD. Ujian MMPI dan TKBI (Tes Kemampuan Bahasa Inggris) yang tadinya 2 hari menjadi 1 hari, melelahkan sekali dari jam 8 samapai jam 3 dengan jeda 1,5 jam di dzuhur. Karena setelah tanya-tanya ternyata aku pionir di Bedah Umum sebagai Alumni Unjani, so aku ga ada yang bisa tanya tanya dan ternyata Facebook ada fungsinya.

Curhatan hari pertama

1. MMPI. Klo ada yang mau tes MMPI tapi belum pernah ngikutin, COBA DAHULU sebelum jatuh pada hari tes. NAh Ini aku, baru MMPI on the spot. Parahnya, kira kira karakter personality akunya apa ya?. gelo, keras kepala, terlalu motivasi?.. aaaarrrgghh

2. Tes kognitif. Secara ga dibilangin ada tes kognitif, kan MMPI ga pake tes kognitif ya?.. ga pernah dan udah lama ga baca baca ntuh tes kaya begituan mana waktunya cuman 5 menit ada yang 10 menit per seksion. wae lah, klo ampe ga lulus ntaran mah beli buku nya di Gramedia

3. TKBI. alias TEOFL like Test. udah pake sound 2 speaker 1 ruang isi kurang lebigh 50 orang mana lah listening sectionnya kedengeran, mana residennya bilang klo bisa TOEFL nya klo bisa minimal 550. Lah mentok mentok aku hoki cuman 520. teakhir daper 480 malahan. Alamak... Better than nothing lah.. mana ada residen yang tes wawancaranya pake Inggris, secara akunya orang sunda asli.. walah.. cilako duo belas..

Rencana untuk minggu depan,
a. Pelajari Skill Knots dan Stiches.. di uji ma CR dan KOnsulen bo...
b. Pelajari 10 (minimal) Penyakit terbanyak di bedah dari kuliah (minimal juga)
c. Banyak banyak ibadah biar Tawakal, ga keringetan pas wawancara. ga ngeblank waktu ditanya... ampun DJ, matiin lampunya ya..

Doakan aku ya Guys.. aku pengen lulus...

Rabu 16 Desember 2009 post wawancara...
4. Tes Potensi Akademik.. wow 50 soal dalam bhs inggris and guess what, tesnya apalan mati dan semuanya termasuk kedokteran berbasis penelitian. soalnya kaya cholelithiasis terbanyak pada gender, usia dll. keluhan terbanyak pasien apendicitis adalah..... secara pendidikan kedokteran gw masih berbasis dosen jadi gw ga terbiasa ngapalin yang kaya gituan.
5. Wawancara... damn, nilai gw ancur dan dibahas. kayanya ga lulus deh..

Tips Stage 2;
a. Ngapalin ngapalin buat ujian masuknya...
b. modal wawancara adalah jawaban untuk "apa motivasi kamu?".. bilingual ya.. bisi ditanya in english..
c. BAnyak banyak pasrah aja....

sekian.. nanti dikabarin lagi hasilnya.. do'ain aja..

Minggu, 08 November 2009

Pemberian Anti Tetanus Serum dan TT

Jadwal pemberian anti tetanus

Riwayat vaksinasi tetanus

Tipe luka

Boster vaksin tetanus

Tetanus immunoglobulin

3 atau lebih

<>

Semua luka

tidak

tidak

5-10 tahun semenjak dosis terakhir

Luka minor yang bersih

tidak

tidak

Luka-luka lainnya

Ya

tidak

> 10 tahun semenjak dosis terakhir

Semua luka

Ya

tidak

<>

Luka minor yang bersih

Ya

tidak

Luka-luka lainnya

Ya

Ya

Tatalaksana Luka Bakar


Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).

Keadaaan dimana luka bakar perlu untuk dirujuk :

  • Luka bakar Partial thickness (superficial) dengan luas daerah >10%, kecuali luka bakar yang sangat superfisial
  • Semua luka bakar full thickness, kecuali daerah yang sangat kecil
  • Semua luka bakar yang mengenai wajah, mata, telapak tangan, telapak kaki, genitalia, perineum (sekitar anus) sekalipun daerah luka bakar kurang dari 5-10%
  • Luka bakar yang melingkar
  • Luka bakar oleh cairan kimia
  • Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh
  • Luka bakar yang mencederai saluran napas
  • Luka bakar pada usia kurang dari 12 bulan
  • Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang berisiko tinggi

Tatalaksana

Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan

  • Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
  • Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar – Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi – Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia – Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
  • Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
  • Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan
  • Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
  • Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Terapi cairan
  • Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar.
  • Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam).
  • Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg.
  • Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya.
  • Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam.


Sabtu, 07 November 2009

Contoh Surat Visum et Repertum

------------------------------------------------------------------------------------------------
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKO LEGAL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KEDIRI
------------------------------------------------------------------------------------------------
VISUM ET REPERTUM
( JENAZAH )

Th.2008
No. KF. 05. 333.
PRO JUSTITIA.

Berhubung dengan surat Saudara.--------------------------------------------------------------
Nama : AGUK NUGROHO, -Pangkat : AIPTU. Nrp. 030610088.-------------------------------
Alamat : Kepolisian Sektor Kota Kediri,Jl.Raya Made No.50 Kediri 64219.----------------------
Jabatan : An. Kepala.Kepolisian Sektor kota Kediri.---------------------------------------------
Tertanggal : 2 Agustus 2008, -No.Pol:224/01/10/2008.----------------------------------------

Yang kami terima pada tanggal ; 2 Agustus 2008, maka kami, Dr. Hj. Andati Tyagita SpF. Dokter Spesialis Forensik, Dokter pemerintah pada Instalasi Kedokteran Forensik dan Mediko Legal RSUD Kediri, telah melakukan pemeriksaan luar pada tanggal: 2 Agustus 2008, pukul: 16.00 WIB dan pemeriksaan dalam pada tanggal: 2 Agustus 2008, pukul: 16.30 WIB di rumah sakit tersebut di atas, atas jenazah yang menurut surat Saudara tersebut,----------------------------------------------------------------------------------------
-Bernama: Supadno, -Jenis kelamin: Laki-laki, -Umur: 50 Tahun.-------------------------------
-Alamat : Jalan Adityawarman 50 Kediri,-------------------------------------------------------
-Bangsa : Indonesia ----------------------------------------------------------------------------
Dengan dugaan meninggal karena : Pembunuhan. ----------------------------------------------
Korban ditemukan/ meninggal : di Ruang tamu rumahnya dalam keadaan mengeluarkan busa dari dalam mulutnya---------------------------------------------------------------------------
- Pada tanggal : 2 Agustus 2008, - Pukul : 07.00 WIB.------------------------------------------
Korban dibawa ke kamar jenazah RSU. Dr.Soedomo Kediri,-----------------------------------
-Oleh : AGUK NUGROHO, -Pangkat : AIPTU. Nrp. 030610088 , Dengan kendaraan No.Pol.: AG 1234 UA -----------------------------------------------------------------------------------
-Pada tanggal: 2 Agustus 2008,----------------------------Pukul : 11-30-----------------------

HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------------------------------------------

PEMERIKSAAN LUAR :------------------------------------------------------------------------

1. Korban seorang Laki-laki, Usia Lima puluh tahun , Tinggi badan kurang lebih seratus enam puluh lima centimeter, Berat badan lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, warna kulit sawo matang. ---------------------------------------------------------------------------------------
2. Lebam mayat dan kaku mayat negatif. ------------------------------------------------------
3. Korban berlabel dan tidak bersegel, keadaan gizi baik. ----------------------------------------
4. Pakaian sarung, celana dalam putih dan memakai kaos singlet. ---------------------------
5. Kepala / leher : baik rambut hitam lurus.-----------------------------------------------------
- di samping bibir masih terdapat sedikit busa putih------------------------------------------
- kedua pupil mata melebar --------------------------------------------------------------------
- bibir atas dan bawah membiru ---------------------------------------------------------------
- mulut berisi busa warna putih. ----------------------------------------------------------------
- di bawah leher ada bekas cengkeraman kuku-------------------------------------------------
6. Dada : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.----------------------------
7. Perut : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.----------------------------
8. Punggung : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.-----------------------
9. Alat kelamin luar : --------------- ----------------------------------------------------------
- dari lubang alat kelamin keluar cairan putih--------------------------------------------------
10. Anggota gerak atas : --tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam--------
11. Anggota gerak bawah : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam-----

PEMERIKSAAN DALAM :---------------------------------------------------------------------

1. Kepala / leher : -----------------------------------------------------------------------------
- saluran kerongkongan tampak merah dan berlendir. ---------------------------------------
2. Dada : ---------------------------------------------------------------------------------------
- paru dan jantung tidak ditemukan kelainan. -------------------------------------------------
- perut : jaringan hati, limpa, kelenjar ludah perut, kandung empedu, usus dan ginjal, kandung seni, ditemukan kelainan, ---------------------------------------------------------------------
PEMERIKSAAN TAMBAHAN :----------------------------------------------------------------

Ditemukan racun pada hati, usus, limpa, jantung korban---------------------------------------

KESIMPULAN :-------------------------------------------------------------------------------

1. Korban seorang Laki-laki, Usia Lima puluh tahun , Tinggi badan kurang lebih seratus enam puluh lima centimeter, Berat badan lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, warna kulit sawo matang, rambut lurus hitam, panjang kurang lebih lima centimeter. -------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Pemeriksaan Luar : -------------------------------------------------------tidak ditemukan luka memar, luka lubang, luka robek di sekitar mulut, serta mulut berbusa---------------------
3. Pemeriksaan Dalam: ----------------------------------------------------- tidak ditemukan memar di bawah kulit kepala, memar di bawah kulit leher dan memar di bawah kulit dada serta ditemukan cairan warna merah di rongga dada. ------------------------------------------
4. Pada alat kelamin ditemukan keluar cairan warna putih dari lubang kelamin. -----------------
5. Jadi korban meninggal dunia oleh karena keracunan. ----------------------------------------

Demikian Visum Et Repertum ini kami buat dengan mengingat sumpah waktu menerima jabatan.

Tanda tangan,




( Dr. Hj. ANDANTI TYGITA, SpF. )
NIP. 030610012

nb : Semua angka seharusnya ditulis kembali dengan abjad misalnya : 3 (tiga).

Selasa, 03 November 2009

TETANUS

Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut� yang disebabkan oleh Clostridium tetani, dengan tanda utama kekakuan otot (spasme), �tanpa disertai gangguan kesadaran. Tetanus neonatorum menyebabkan 50% kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi. Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100 kelahiran hidup di pedesaan. Sedangkan angka kejadian tetanus pada anak di rumah sakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok 5-9 tahun, 30% kelompok 1-4 tahun, 18% kelompok > 10 tahun, dan sisanya pada bayi <>

PATOGENESIS

Spora kuman tetanus yang ada di lingkungan dapat berubah menjadi bentuk vegetatif bila ada dalam lingkungan anaerob, dengan tekanan oksigen jaringan yang rendah. Kuman ini dapat membentuk metalo-exotosin tetanus, yang terpenting untuk manusia adalah tetanospasmin. Gejala klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular junction serta syaraf otonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor endplate dan setelah masuk lewat ganglioside dijalarkan secara intraaxonal kedalam sel saraf tepi, kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang, akhirnya menyebar ke SSP. Manifestasi klinis terutama disebabkan oleh pengaruh eksotoksin terhadap susunan saraf tepi dan pusat. Pengaruh tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi presinaptik sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi yaitu GABA dan glisin, sehingga terjadi eksitasi terus-menerus dan spasme. Kekakuan dimulai pada tempat masuk kuman atau pada otot masseter (trismus), pada saat toxin masuk ke sungsum belakang terjadi kekakuan yang makin berat, pada extremitas, otot-otot bergaris pada dada, perut dan mulia timbul kejang. Bilamana toksin mencapai korteks cerebri, penderita akan mulai mengalami kejang umum yang spontan. Tetanospasmin pada sistem saraf otonom juga berpengaruh, sehingga terjadi gangguan pada pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal, saluran cerna, saluran kemih, dan neuromuskular. Spame larynx, hipertensi, gangguan irama jantung, hiperpirexi, hyperhydrosis merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom, yang dulu jarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala timbul. Dengan penggunaan diazepam dosis tinggi dan pernafasan mekanik, kejang dapat diatasi namun gangguan saraf otonom harus dikenali dan dikelola dengan teliti.

GEJALA KLINIK

Gejala klinik yang dominan adalah kekakuan otot bergaris yang disusul dengan kejang tonik dan klonik. Masa inkubasi 5-14 hari, period of onset (waktu antara gejala pertama sampai timbul kejang pertama) yang pendek dapat dijadikan indikator tetanus berat dengan berbagai penyulit.

Gejala awal adalah trismus; pada neonatus tidak dapat/sulit menetek, mulut mencucu. Pada anak besar berupa trismus, akibat kekakuan otot masseter. Disertai dengan kaku kuduk, risus sardonikus (karena kekakuan otot mimik, opistotonus, perut papan. Selanjutnya dapat diikuti kejang apabila dirangsang atau menjadi makin berat dengan kejang spontan, bahkan� pada kasus berat terjadi status konvulsivus. Spasme larynx merupakan penyebab kematian yang sering dijumpai, bronchopneumonia akibat kekakuan rongga dada, gagal nafas nafas dan status konvulsivus.

Perubahan derajat berat penyakit dapat terjadi sangat cepat, sehingga seringkali memerlukan perubahan dosis antikonvulsan yang sesuai dengan perjalanan klinik. Digunakan kriteria berat penyakit Surabaya yang lebih sederhana dibanding cara penilaian dari Abblet, skor Phillips, skor Dakar atau modifikasi Patel dan Joag. Penelitian Rizal menunjukkan adanya kesetaraan kuat antara kriteria Surabaya dan Kriteria Abblet. Penilaian klinis� yang menitik beratkan pada perbedaan jenis kejang, dapat dilakukan oleh� paramedik, sehingga perubahan dosis dapat dilakukan lebih cepat dan tepat.

Derajat penyakit tetanus Surabaya

Derajat I� (tetanus ringan)

Trismus (lebar antar gigi sama atau lebih 2 cm)

  • Kekakuan umum
  • Tidak dijumpai kejang
  • Tidak dijumpai gangguan respirasi

Derajat II (tetanus sedang)

Trismus (lebar kurang dari 1 cm)

  • Kekakuan umum makin jelas
  • Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan

Derajat III a. tetanus berat

Trismus berat (kedua baris gigi rapat)

  • Otot sangat spastis, timbul kejang spontan
  • Takipnea, takikardia
  • Apneic spell (spasme laryng)

Derajat III b. �tetanus dengan gangguan saraf otonom

  • Gangguan otonom berat
  • Hipertensi berat dan takikardi, atau
  • Hipotensi dan bradikardi
  • Hipertensi berat atau hipotensi berat

LANGKAH DIAGNOSTIK�

Anamnesis

Riwayat mendapat trauma (terutama luka tusuk), pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril, riwayat menderita otitis media supurativa kronik (OMSK), atau gangren gigi.

Riwayat anak tidak diimunisasi/tidak lengkap imunisasi tetanus/BUMIL/WUS

Pemeriksaan fisik

Adanya kekakuan lokal atau trismus

Adanya kaku kuduk, risus sardonicus, opisthotonus, perut papan

Kekakuan extremitas yang khas : flexi tangan, extensi kaki

�Adanya penyulit

DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis

1. Anamnesis : partus non steril, status imunisasi, masa inkubasi, period of onset, luka tusuk, otitis media

2. Pemeriksaan fsik : kekakuan otot, kejang, kesadaran baik.

3. Diagnosis berdasarkan data klinik, tidak ada pemeriksaan penunjang yang membantu

Diagnosa banding

Trismus akibat abses gigi, abses parafaring/retrofaring/peritonsiler

�Sepsis neonatorum, meningitis bakterialis, ensefalitis, rabies

�keracunan striknin, efek simpang fenotiazin, tetani, epilepsi.

PENYULIT

Waspadai adanya :

Gangguan ventilasi paru,

Aspirasi pneumonia,

Bronkopneumonia,� atelektasis

Emfisema mediastinal, pneumotoraks,

Sepsis,

Fraktur vertebra atau fraktur tulang paha.

TATALAKSANA

Terapi dasar tetanus

Antibiotik diberikan selama 10 hari, 2 minggu bila ada komplikasi

Penisillin prokain 50.000 IU/kg BB/kali i.m, tiap 12 jam, atau

Metronidazol loading dose 15 mg/kg BB/jam, selanjutnya 7,5 mg/kg BB tiap 6 jam

Catatan : Bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan antibiotika yang sesuai.

Imunisasi aktif-pasif

Anti tetanus serum (ATS) 5.000-10.000 IU, diberikan intramuskular. Untuk neonatus bisa diberikan iv; apabila tersedia dapat diberikan Human tetanus immunoglobulin (HTIG) ��3000-6000 IU i.m.

Dilakukan imunisasi DT/TT/DTP pada sisi yang lain, pada saat bersamaan.

Anti konvulsi

Pada dasarnya kejang diatasi dengan diazepam, dosis disesuaikan dengan respon klinik (titrasi) :

Bila datang dengan kejang diberi diazepam :

- neonatus bolus 5 mg iv

- anak bolus 10 mg iv

Dosis rumatan maximal :

- anak 240 mg/hari

- neonatus 120 mg/hari

Bila dengan dosis 240 mg/hari masih kejang (tetanus sangat berat), harus dilanjutkan dengan �bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat ditingkatkan sampai 480 mg/hari, dengan atau tanpa kurarisasi.

Diazepam sebaiknya diberikan dengan syringe pump, jangan dicampur dalam botol cairan infus. Bilamana tidak ada syringe pump, diberikan bolus tiap 2 jam (12 x/hari)

Dapat dipertimbangkan penggunaan anti konvulsan lain, seperti magnesium sulfat, bilamana ada gangguan saraf otonom.

Perawatan luka atau port d�entree yang dicurigai, dilakukan sekaligus dengan pembuangan jaringan yang diduga mengandung kuman dan spora (debridemant), sebaiknya dilakukan setelah diberi antitoksin dan anti-konvulsi.

Terapi suportif

Bebaskan jalan nafas

Hindarkan aspirasi dengan menghisap lendir perlahan-lahan & memindah-mindahkan posisi pasien)

Pemberian oksigen

Perawatan dengan stimulasi minimal

Pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila perlu dapat dipasang sonde nasogastrik, asal tidak memperkuat kejang

Bantuan nafas pada tetanus berat atau tetanus neonatorum

Pemantauan/monitoring kejang dan tanda penyulit

Tetanus ringan dan sedang

Diberikan pengobatan tetanus dasar

Tetanus sedang

Terapi dasar tetanus

Perhatian khusus pada keadaan jalan nafas (akibat kejang dan aspirasi)

Pemberian cairan parenteral, bila perlu nutrisi secara parenteral.

Tetanus berat/sangat berat

Terapi dasar seperti di atas

Perawatan dilakukan di ICU, diperlukan intubasi atau tracheostomi

Balans cairan dimonitor secara ketat.

Apabila spasme sangat hebat (tetanus� berat), perlu ventilasi mekanik dengan pankuronium bromida 0,02 mg/kg bb intravena, diikuti 0,05 mg/kg bb/kali, diberikan tiap 2-3 jam.

Apabila terjadi aktifitas simpatis yang berlebihan, berikan b-blocker seperti propanolol/a dan b- blocker labetalol.

PENCEGAHAN

I. Imunisasi aktif

�� a.� Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali sejak usia 2 bulan dengan interval 4-6 minggu, ulangan pada umur 18 bulan dan 5 tahun (lihat Bab Jadwal Imunisasi).

�� b.� Eliminasi tetanus neonatorum dilakukan dengan imunisasi TT pada ibu hamil, wanita usia subur, minimal 5 x suntikan toksoid. (untuk mencapai tingkat TT �lifelong-card).

II. Pencegahan pada luka

  • Luka dibersihkan, jaringan nekrotik dan benda asing dibuang
  • Luka ringan dan bersih

- Imunisasi lengkap : tidak perlu ATS atau tetanus imunoglobulin

- Imunisasi tidak lengkap : imunisasi aktif DPT/DT.

Luka sedang/berat dan kotor

- Imunisasi (-)/tidak jelas : ATS 3000-5000 U, atau �tetanus imunoglobulin 250-500 U. Toksoid tetanus pada sisi lain.

- Imunisasi (+), lamanya sudah > 5 tahun : ulangan toksoid, ATS 3000-5000 U, tetanus imunoglobulin 250-500 U.

MONITORING

I. �Sekuele

  • Spasme berkurang setelah 2-3 minggu, namun kekakuan dapat terus berlangsung lebih lama.
  • Kekakuan dapat tetap berlangsung sampai 6-8 minggu pada kasus yang berat.
  • Gangguan otonom biasanya dimulai beberapa hari setelah kejang dan berlangsung selama 1-2 minggu.

II. Tumbuh Kembang

  • Infeksi tetanus pada anak merupakan infeksi yang akut sehingga relatif tidak mengganggu tumbuh kembang anak.
  • Sedangkan pada tetanus neonatorum, dapat terjadi gangguan tumbuh kembang oleh karena hipoksia yang berat

Jumat, 30 Oktober 2009

Obat Jantung

1. Obat inotropik positif
Obat inotropik positif bekerja dengan meningkatkan kontraksi otot jantung (miokardium) dan digunakan untuk gagal jantung, yakni keadaan dimana jantung gagal untuk memompa darah dalam volume yang dibutuhkan tubuh. Keadaan tersebut terjadi karena jantung bekerja terlalu berat atau karena suatu hal otot jantung menjadi lemah. Beban yang berat dapat disebabkan oleh kebocoran katup jantung, kekakuan katub, atau kelainan sejak lahir dimana sekat jantung tidak terbentuk dengan sempurna.

Ada 2 jenis obat inotropik positif, yaitu

a. Glikosida jantung
Glkosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman Digitalis purpurea yang kemudian diketahui berisi digoksin dan digitoksin. Keduanya bekerja sebagai inotropik positif pada gagal jantung.

b. Penghambat fosfodiesterase
Obat-obat dalam golongan ini merupakan penghambat enzim fosfodiesterase yang selektif bekerja pada jantung. Hambatan enzim ini menyebabkan peningkatan kadar siklik AMP (cAMP) dalam sel miokard yang akan meningkatkan kadar kalsium intrasel.
• Milrinon
• Aminiron

2. Obat-obat antiaritmia
Obat-obat abtiaritmia dapat dibagi berdasarkan penggunaan kliniknya dalam obat-obat untuk aritmia supraventrikel (misal verapamil). Obat-obat untuk aritmia supraventrikel dan aritmia ventrikel (misal disopiramid), dan obat-obat untuk aritmia ventrikel (misal lidokain).

a. Aritmia supraventrikel
Adenosin biasanya obat terpilih untuk menghentikan takikardia supraventrikel paroksismal. Karena masa kerjanya pendek sekali (waktu paruhnya hanya 8-10 detik, tapi memanjang juka diberikan bersama dipiradamol), kebanyakan efek sampingnya berlangsung singkat. Berbeda dengan verapamil, adenosin dapat digunakan setelah beta-bloker. Pada asma, lebih baik dipilih verapamil daripada beta-bloker.
Glikosida jantung oral merupakan obat terpilih untuk memperlambat respon ventrikel pada kasus fibrilasi dan flutter atrium. Digoksin intravena, yang diinfus pelan-pelan, kadang-kadang dibutuhkan bila kecepatan ventrikel perlu dikendalikan dengan cepat.
Verapamil biasanya efektif untuk takikardia ventrikel. Dosis intravena awal dapat diikuti dengan dosis oral, hipotensi dapat terjadi dengan dosis yang lebih besar.

b. Aritmia Supraventrikel dan Ventrikel
Obat-obat untuk aritmia supraventrikel dan ventrikel misalnya amiodaron, beta-bloker, disopiramid, flekainid, prokainamid, propafenon, dan klinidin.

c. Aritmia Ventrikel
Bretilium hanya digunakan sebagai obat antiaritmia pada resusutasi. Obat ini diberikan itramaskuler dan intravena tapi dapat menyebabkan hipotensi berat, terutama setelah pemberian intravena (mual dan muntah dapat terjadi).
Lidokain (lignokain) ralatif aman bila diberikan sebagai injeksi intravena lambat dan harus menjadi pilihan utama dalam keadaan darurat.
Meksiletin diberikan sebagai injeksi intravena lambat bila lidokain tidak efektif, obat ini memiliki kerja yang serupa.
Morasilin adalah obat untuk profilaksis dan pengobatan aritmia ventrikel yang serius dan mengancam jiwa.
Fenitoin dulu dipakai untuk aritmia ventrikel, dengan injeksi intravena lambat terutama yang disebabkan oleh glikosida jantung, tapi penggunaan ini sekarang sudah ditinggalkan.
Tokainid dulu digunakan untuk takiaritmia ventrikel yang mengancam jiwa dan disertai dengan gangguan berat fungsi ventrikel kiri pada pasien yang tidak responsif dengan terapi lain atau yang terapi lain merupakan kontraindikasi, sekarang obat ini tidak lagi tersedia.

3. Obat Antihipertensi
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan ini bertahan. Menurut WHO, tidak tergantung pada usia. Hipertensi mungkin dapat diturunkan dengan terapi tanpa obat (non-farmakoterapi) tau terapi dengan obat (farmakoterapi). Semua pasien, tanpa memperhatikan apakah terapi dengan oabt dibutuhkan, sebaiknya dipertimbangkan untuk terapi tanpa obat. Caranya dengan mengendalikan bobot badan, pembatasan masukan sodium, lemak jenuh, dan alkohol serta pertisipasi dalam program olah raga dan tidak merokok.

a. Penghambat saraf adrenergik
Obat dolongan ini bekerja dengan cara mencegah pelepasan noradrenalin dari pasca ganglion saraf adrenergik. Obat-obat golongan ini tidak mengendalikan tekanan darah berbaring dan dapat menyebabkan hipotensi postural. Karena itu, obat-obat ini jarang digunakan, tetapi mungkin masih perlu diperlukan bersama terapi lain pada hipertensi yang resisten.

b. Alfa-broker
Sebagai alfa-broker, prazosin menyebabkan vasodilatasi arteri dan vena sehingga jarang menimbulkan takikardi. Obat ini menurunkan tekanan darah dengan cepat setelah dosis pertama, sehingga harus hati-hati pada pemberian pertama. Untuk pengobatan hipertensi, alfa-broker dapat digunakan bersama obat antihipertensi lain.

c. Penghambat enzim pengubah anglotensin (penghambat ACE)
Pengambat ACE bekerja dengan cara menghambat pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Obat-obat golongan ini efektif dan pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Obat-obat golongan ini terutama diindikasikan untuk hipertensi pada diabetes tergantung insulin dengan nefropati, dan mungkin untuk hipertensi pada semua pasien diabetes.
• Kaptopropril
• Benazepril
• Delapril
• Enalapril maleat
• Fisonopril
• Perinopril
• Kuinapril
• Ramipril
• Silazapril

d. Antagonis reseptor angiotensin II
Sifatnya mirip penghambat ACE, bedanya adalah obat-obat golongan ini tidak menghambat pemecahan bradikin dan kinin-kinin lainnya, sehingga tampaknya tidak menimbulkan batuk kering parsisten yang biasanya
mengganggu terapi dengan penghambat ACE. Karena itu, obat-obat golongan ini merupakan alternatif yang berguna untuk pasien yang harus menghentikan penghambat ACE akibat batuk yang parsisten.
• Losaktan kalium
• Valsatran

e. Obat-obat untuk feokromositoma
Fenoksibanzamin adalah alfa-broker kuat dengan banyak efek samping. Obat ini digunakan bersama bata-bloker untuk pengobtan jangka pendek episode hipertensi berat pada feokromositoma.
Fentolamin adalah alfa-broker kerja pendek yang kadang-kadang juga digunakan untuk diagnosis feokromositoma.

f. Obat antihipertensi yang bekerja sentral.
Kelompok ini termasuk metildopa, yang mempunyai keuntungan karena aman bagi pasien asma, gagal jantung, dan kehamilan. Efek sampingnya diperkecil jika dosis perharinya dipertahankan tetap dibawah 1 g.

4. Obat-obat antiangina
Sebagian besar pasien angina pektoris diobati dengan beta-bloker atatu antagonis kalsium. Meskipun demikian, senyawa nitrat kerja singkat, masih berperan penting untuk tindakan prefilaksis sebelum kerja fisik dan untuk nyeri dada yang terjadi sewaktu istirahat.

a. Golongan nitrat
Senyawa nitrat bekerja langsung merelaksasi oto polos pembuluh vena, tanpa bergantung pada sistem persarafan miokardium. Dilatasi vena menyebabkan alir balik vena berkurang sehingga mengurangi beban hulujantung. Selain itu, senyawa nitrat juga merupakan vasodilator koroner yang poten

b. Golongan antagonis kalsium
Antagonis kalsium bekerja dengan cara menghambat influks ion kalsium transmembran, yaitu mengurangi masuknya ion kalsium melalui kanal kalsium lambat ke dalam sel otot polo, otot jantung dan saraf. Berkurangnya kadar kalsium bebas di dalam sel-sel tersebut menyebabkan berkurangnya kontraksi otot polos pembuluh darah (vasodilatasi), kontraksi otot jantung (inotropik negatif), serta pembentukan dan konduksi impuls dalam jantung (kronotropik dan dromotropik negatif).
• Amplidipin besilat
• Diltiazem hidroklorida
• Nikardipin hidroklorida
• Nifedipin
• Nimodipin

c. Golongan beta-bloker
Obat-obat penghambat adrenoseptor beta (beta-bloker) menghambat adrenoseptor-beta di jantung, pembuluh darah perifer, bronkus, pankreas, dan hati. Saat ini banyak tersedia beta-bloker yang pada umumnya menunjukkan efektifitas yang sama. Namun, terdapat perbedaan-perbedaan diantara berbagai beta-bloker, yang akan mempengaruhi pilihan dalam mengobati penyakit atau pasien tertentu. Beta-bloker dapat mencetuskan asma dan efek ini berbahaya. Karena itu, harus dihindarkan pada pasien dengan riwayat asma atau penyakit paru obstruktif menahun.

Asfiksia Neonatorum Dan Tatalaksananya

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan, teratur dan adekuat.

Etiologi Asfiksia Neonatorum
Etiologi atau penyebab asfiksia Neonatorum meliputi, Asfiksia intra uterin, Bayi kurang bulan,
Obat-obat yang diberikan/diminum oleh ibu, Penyakit neuromuscular bawaan (congenital),Cacat bawaan, Hipoksia intrapartum

Derajat Berat Ringannya Asfiksia
1. Normal bila nilai APGAR 7 – 10
2. Asfiksia sedang bila nilai APGAR score 4 – 6
3. Asfiksia berat bila nilai APGAR score 0 – 3

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi asfiksia nenonatorum meliputi faktor ibu dan janin. Faktor dari ibu
diantaranya adalah : gangguan his, hipotensi mendadak pada ibu, hipertensi pada eklamsia,
gangguan mendadak plasenta, sedangkan faktor dari janin meliputi : gangguan aliran darah
dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernafasan, ketuban keruh/mekonium

Tanda Dan Gejala Asfiksia Neonatorum
Tanda- tanda klinik yang perlu diamati yaitu Pernapasan, Denyut Jantung, Warna kulit. Gejala
klinis dibagi menjadi : apnu primer : pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus
neuromuskular menurun dan apnu sekunder : apabila asfiksia berlanjut, bagi menunjukkan
pernafasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, bayi terlihat lemah
(pasif), pernafasan makin lama makin lemah

Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum
Resusitasi :
Memastikan saluran napas terbuka
1. Letakkan bayi dalam posisi telentang atau miring dengan leher agak tengadah (ekstensi).
2. Keringkan tubuh dan mulut bayi dengan handuk kering, kecuali pada bayi dengan
meconium staining.
3. Bila perlu letakkan lipatan handuk atau selimut di belakang bahu bayi
4. Hisap lendir mulai dari mulut kemudian hidung bayi sampai dengan orofaring dan bila
diperlukan sampai trakea.
5. Bila perlu masukkan pipa endotrakeal untuk memastikan saluran napas terbuka.
Memulai pernapasan.
1. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk telapak kaki, menyentil tumit atau
menggosok punggung/dada bayi
2. Nilai pernapasan, denyut jantung dan warna kulit berturut-turut : napas apakah apnu atau
pernafasan normal, frekwensi denyut jantung : hitung frekuesi jantung apakah > 100 x/menit
atau <> 100x/menit, napas spontan, hentikan PPV, bila tidak napas spontan,
PPV lanjut
- Denyut Jantun 60 – 100 x/menit dan bertambah, lanjutkan PPV
- Denyut Jantun 60 – 100 x/menit dan tidak bertambah lanjutkan PPV, bila Denyut Jantung
<> 100x/menit dan bayi bernapas spontan.
Bila perlu pasang sonde lambung melalui mulut untuk mengurangi tekanan udara dalam
lambung

Intubasi Endotrakeal Pada Asfiksia Neonatorum
Indikasi :
1. Bila diperlukan PPV agak lama
2. Bila ventilasi dengan balon dan sungkup tidak efektif
3. Bila perlu melakukan penghisapan lendir di trakea
4. Bila ada kecurigaan hernia diafragmatika
Cara:
1. Penolong berdiri di sisi atas kepala bayi sambil memegang laringoskop dengan tangan
kiri
2. Masukkan daun laringoskop dengan menyusurkan daun laringoskop melalui lidah ke
valekulum.
3. Setelah daun laringoskop masuk, angkat daun laringoskop sedikit sehingga lidah akan
terjulur dan farings terlihat
4. Segera setelah pita suara dan trakea terlihat masukkan pipa endotrakeal, dengan
memegang pipa tersebut dengan tangan kanan dan memasukkannya dari sebelah kanan mulut
bayi
5. Bila pita suara membuka masukkan pipa sampai tanda pita suara di pipa, sehinggga pipa
akan terletak dalam trakea di tengah antara pita suara dan karina.
6. Keluarkan laringoskop, periksa letak pipa untuk meyakinkan pipa masuk ke trakea

Selasa, 21 Juli 2009

Tata Laksana Bronkiolitis

BATASAN

Bronkiolitis adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran nafas kecil (bronkiolus) yang terjadi pada anak <>respiratory sincytial virus (RSV), diikuti dengan parainfluenzae dan adenovirus. Penyakit ditandai oleh sindrom klinik yaitu, napas cepat, retraksi dada dan wheezing.

PATOFISIOLOGI

Mikroorganisme masuk melalui droplet akan mengadakan kolonisasi dan replikasi di mukosa bronkioli terutama pada terminal bronkiolus sehingga akan terjadi kerusakan/nekrosis sel-sel bersilia pada bronkioli. Respon imun tubuh yang terjadi ditandai dengan proliferasi limfosit, sel plasma dan makrofag. Akibat dari proses tersebut akan terjadi edema sub mukosa, kongesti serta penumpukan debris dan mukus (plugging), sehingga akan terjadi penyempitan lumen bronkioli. Penyempitan ini mempunyai distribusi tersebar dengan derajat yang bervariasi (total/sebagian). Gambaran yang terjadi adalah atelektasis yang tersebar dan distensi yang berlebihan (hyperaerated) sehingga dapat terjadi gangguan pertukaran gas serius, gangguan ventilasi/perfusi dengan akibat akan terjadi hipoksemia (PaO2 turun) dan hiperkapnea (Pa CO2 meningkat). Kondisi yang berat dapat terjadi gagal nafas.

DIAGNOSIS

Anamnesis

Anak usia di bawah 2 tahun dengan didahului infeksi saluran nafas akut bagian atas dengan gejala batuk, pilek, biasanya tanpa demam atau hanya subfebris. Sesak nafas makin hebat dengan nafas dangkal dan cepat.

Pemeriksaan fisis

Dapat dijumpai demam, dispne dengan expiratory effort dan retraksi. Nafas cepat dangkal disertai dengan nafas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, gelisah. Terdengar ekspirium memanjang atau mengi (wheezing). Pada auskultasi paru dapat terdengar ronki basah halus nyaring pada akhir atau awal inspirasi. Suara perkusi paru hipersonor. Jika obstruksi hebat suara nafas nyaris tidak terdengar, napas cepat dangkal, wheezing berkurang bahkan hilang.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah tepi tidak khas. Pada pemeriksaan foto dada AP dan lateral dapat terlihat gambaran hiperinflasi paru (emfisema) dengan diameter anteroposterior membesar pada foto lateral serta dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar. Analisis gas darah dapat menunjukan hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis respiratorik atau metabolik. Bila tersedia, pemeriksaan deteksi cepat dengan antigen RSV dapat dikerjakan.

DIAGNOSIS BANDING

� Asma bronkial

� Aspirasi benda asing

� Bronkopneumonia

� Gagal jantung

� Miokarditis

� Fibrosis Kistik

TATALAKSANA

Tata laksana bronkiolitis yang dianjurkan adalah :

1. Pemberian oksigenasi; dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi mekanik.

2. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu dapat dengan cairan parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.

3. Koreksi terhadap kelainan asam basa dan elektrolit yang mungkin timbul.

4. Antibiotik dapat diberikan pada keadan umum yang kurang baik, curiga infeksi sekunder (pneumonia) atau pada penyakit yang berat.

5. Kortikosteroid : deksametason 0,5 mg/kgBB dilanjutkan dengan 0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis.

6. Dapat diberikan nebulasi β agonis (salbutamol 0,1mg/kgBB/dosis, 4-6 x/hari) diencerkan dengan salin normal untuk memperbaiki kebersihan mukosilier.

Untuk menilai kegawatan penderita dapat dipakai skor Respiratory Distress Assessment Instrument (RDAI), yang menilai distres napas berdasarkan 2 variabel respirasi yaitu wheezing dan retraksi. Bila skor lebih dari 15 dimasukkan kategori berat, bila skor kurang 3 dimasukkan dalam kategori ringan (Lampiran 1).

Beberapa perbedaan antara bronkiolitis dan asma


ASMA

BRONKIOLITIS

Penyebab

hiper reaktivitas bronkus

virus

Umur

> 2 tahun

6 bulan-2 tahun

Sesak berulang

Ya

Tidak

Onset sesak

akut

insidious

ISPA atas

+ / -

selalu +

Atopi keluarga

sering

jarang

Alergi lain

sering

-

Respon bronkodilator

cepat

lambat

Eosinofil

meningkat

normal


Respiratory Distress Assessment Instrument (RDAI)


SKOR

Skor maksimal

0

1

2

3

4

Wheezing :

-Ekspirasi

-Inspirasi

-Lokasi

(-)

(-)

(-)

Akhir

Sebagian

2 dr 4 lap paru


Semua

3 dr 4 lap paru

Semua

4

2

2

Retraksi :

-Supraklavikular

-Interkostal

-Subkostal

(-)

(-)

(-)

Ringan

Ringan

Ringan

Sedang

Sedang

Sedang

Berat

Berat

Berat


3

3

3

TOTAL

17