Jumat, 30 Oktober 2009

Obat Jantung

1. Obat inotropik positif
Obat inotropik positif bekerja dengan meningkatkan kontraksi otot jantung (miokardium) dan digunakan untuk gagal jantung, yakni keadaan dimana jantung gagal untuk memompa darah dalam volume yang dibutuhkan tubuh. Keadaan tersebut terjadi karena jantung bekerja terlalu berat atau karena suatu hal otot jantung menjadi lemah. Beban yang berat dapat disebabkan oleh kebocoran katup jantung, kekakuan katub, atau kelainan sejak lahir dimana sekat jantung tidak terbentuk dengan sempurna.

Ada 2 jenis obat inotropik positif, yaitu

a. Glikosida jantung
Glkosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman Digitalis purpurea yang kemudian diketahui berisi digoksin dan digitoksin. Keduanya bekerja sebagai inotropik positif pada gagal jantung.

b. Penghambat fosfodiesterase
Obat-obat dalam golongan ini merupakan penghambat enzim fosfodiesterase yang selektif bekerja pada jantung. Hambatan enzim ini menyebabkan peningkatan kadar siklik AMP (cAMP) dalam sel miokard yang akan meningkatkan kadar kalsium intrasel.
• Milrinon
• Aminiron

2. Obat-obat antiaritmia
Obat-obat abtiaritmia dapat dibagi berdasarkan penggunaan kliniknya dalam obat-obat untuk aritmia supraventrikel (misal verapamil). Obat-obat untuk aritmia supraventrikel dan aritmia ventrikel (misal disopiramid), dan obat-obat untuk aritmia ventrikel (misal lidokain).

a. Aritmia supraventrikel
Adenosin biasanya obat terpilih untuk menghentikan takikardia supraventrikel paroksismal. Karena masa kerjanya pendek sekali (waktu paruhnya hanya 8-10 detik, tapi memanjang juka diberikan bersama dipiradamol), kebanyakan efek sampingnya berlangsung singkat. Berbeda dengan verapamil, adenosin dapat digunakan setelah beta-bloker. Pada asma, lebih baik dipilih verapamil daripada beta-bloker.
Glikosida jantung oral merupakan obat terpilih untuk memperlambat respon ventrikel pada kasus fibrilasi dan flutter atrium. Digoksin intravena, yang diinfus pelan-pelan, kadang-kadang dibutuhkan bila kecepatan ventrikel perlu dikendalikan dengan cepat.
Verapamil biasanya efektif untuk takikardia ventrikel. Dosis intravena awal dapat diikuti dengan dosis oral, hipotensi dapat terjadi dengan dosis yang lebih besar.

b. Aritmia Supraventrikel dan Ventrikel
Obat-obat untuk aritmia supraventrikel dan ventrikel misalnya amiodaron, beta-bloker, disopiramid, flekainid, prokainamid, propafenon, dan klinidin.

c. Aritmia Ventrikel
Bretilium hanya digunakan sebagai obat antiaritmia pada resusutasi. Obat ini diberikan itramaskuler dan intravena tapi dapat menyebabkan hipotensi berat, terutama setelah pemberian intravena (mual dan muntah dapat terjadi).
Lidokain (lignokain) ralatif aman bila diberikan sebagai injeksi intravena lambat dan harus menjadi pilihan utama dalam keadaan darurat.
Meksiletin diberikan sebagai injeksi intravena lambat bila lidokain tidak efektif, obat ini memiliki kerja yang serupa.
Morasilin adalah obat untuk profilaksis dan pengobatan aritmia ventrikel yang serius dan mengancam jiwa.
Fenitoin dulu dipakai untuk aritmia ventrikel, dengan injeksi intravena lambat terutama yang disebabkan oleh glikosida jantung, tapi penggunaan ini sekarang sudah ditinggalkan.
Tokainid dulu digunakan untuk takiaritmia ventrikel yang mengancam jiwa dan disertai dengan gangguan berat fungsi ventrikel kiri pada pasien yang tidak responsif dengan terapi lain atau yang terapi lain merupakan kontraindikasi, sekarang obat ini tidak lagi tersedia.

3. Obat Antihipertensi
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan ini bertahan. Menurut WHO, tidak tergantung pada usia. Hipertensi mungkin dapat diturunkan dengan terapi tanpa obat (non-farmakoterapi) tau terapi dengan obat (farmakoterapi). Semua pasien, tanpa memperhatikan apakah terapi dengan oabt dibutuhkan, sebaiknya dipertimbangkan untuk terapi tanpa obat. Caranya dengan mengendalikan bobot badan, pembatasan masukan sodium, lemak jenuh, dan alkohol serta pertisipasi dalam program olah raga dan tidak merokok.

a. Penghambat saraf adrenergik
Obat dolongan ini bekerja dengan cara mencegah pelepasan noradrenalin dari pasca ganglion saraf adrenergik. Obat-obat golongan ini tidak mengendalikan tekanan darah berbaring dan dapat menyebabkan hipotensi postural. Karena itu, obat-obat ini jarang digunakan, tetapi mungkin masih perlu diperlukan bersama terapi lain pada hipertensi yang resisten.

b. Alfa-broker
Sebagai alfa-broker, prazosin menyebabkan vasodilatasi arteri dan vena sehingga jarang menimbulkan takikardi. Obat ini menurunkan tekanan darah dengan cepat setelah dosis pertama, sehingga harus hati-hati pada pemberian pertama. Untuk pengobatan hipertensi, alfa-broker dapat digunakan bersama obat antihipertensi lain.

c. Penghambat enzim pengubah anglotensin (penghambat ACE)
Pengambat ACE bekerja dengan cara menghambat pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Obat-obat golongan ini efektif dan pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Obat-obat golongan ini terutama diindikasikan untuk hipertensi pada diabetes tergantung insulin dengan nefropati, dan mungkin untuk hipertensi pada semua pasien diabetes.
• Kaptopropril
• Benazepril
• Delapril
• Enalapril maleat
• Fisonopril
• Perinopril
• Kuinapril
• Ramipril
• Silazapril

d. Antagonis reseptor angiotensin II
Sifatnya mirip penghambat ACE, bedanya adalah obat-obat golongan ini tidak menghambat pemecahan bradikin dan kinin-kinin lainnya, sehingga tampaknya tidak menimbulkan batuk kering parsisten yang biasanya
mengganggu terapi dengan penghambat ACE. Karena itu, obat-obat golongan ini merupakan alternatif yang berguna untuk pasien yang harus menghentikan penghambat ACE akibat batuk yang parsisten.
• Losaktan kalium
• Valsatran

e. Obat-obat untuk feokromositoma
Fenoksibanzamin adalah alfa-broker kuat dengan banyak efek samping. Obat ini digunakan bersama bata-bloker untuk pengobtan jangka pendek episode hipertensi berat pada feokromositoma.
Fentolamin adalah alfa-broker kerja pendek yang kadang-kadang juga digunakan untuk diagnosis feokromositoma.

f. Obat antihipertensi yang bekerja sentral.
Kelompok ini termasuk metildopa, yang mempunyai keuntungan karena aman bagi pasien asma, gagal jantung, dan kehamilan. Efek sampingnya diperkecil jika dosis perharinya dipertahankan tetap dibawah 1 g.

4. Obat-obat antiangina
Sebagian besar pasien angina pektoris diobati dengan beta-bloker atatu antagonis kalsium. Meskipun demikian, senyawa nitrat kerja singkat, masih berperan penting untuk tindakan prefilaksis sebelum kerja fisik dan untuk nyeri dada yang terjadi sewaktu istirahat.

a. Golongan nitrat
Senyawa nitrat bekerja langsung merelaksasi oto polos pembuluh vena, tanpa bergantung pada sistem persarafan miokardium. Dilatasi vena menyebabkan alir balik vena berkurang sehingga mengurangi beban hulujantung. Selain itu, senyawa nitrat juga merupakan vasodilator koroner yang poten

b. Golongan antagonis kalsium
Antagonis kalsium bekerja dengan cara menghambat influks ion kalsium transmembran, yaitu mengurangi masuknya ion kalsium melalui kanal kalsium lambat ke dalam sel otot polo, otot jantung dan saraf. Berkurangnya kadar kalsium bebas di dalam sel-sel tersebut menyebabkan berkurangnya kontraksi otot polos pembuluh darah (vasodilatasi), kontraksi otot jantung (inotropik negatif), serta pembentukan dan konduksi impuls dalam jantung (kronotropik dan dromotropik negatif).
• Amplidipin besilat
• Diltiazem hidroklorida
• Nikardipin hidroklorida
• Nifedipin
• Nimodipin

c. Golongan beta-bloker
Obat-obat penghambat adrenoseptor beta (beta-bloker) menghambat adrenoseptor-beta di jantung, pembuluh darah perifer, bronkus, pankreas, dan hati. Saat ini banyak tersedia beta-bloker yang pada umumnya menunjukkan efektifitas yang sama. Namun, terdapat perbedaan-perbedaan diantara berbagai beta-bloker, yang akan mempengaruhi pilihan dalam mengobati penyakit atau pasien tertentu. Beta-bloker dapat mencetuskan asma dan efek ini berbahaya. Karena itu, harus dihindarkan pada pasien dengan riwayat asma atau penyakit paru obstruktif menahun.

Asfiksia Neonatorum Dan Tatalaksananya

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan, teratur dan adekuat.

Etiologi Asfiksia Neonatorum
Etiologi atau penyebab asfiksia Neonatorum meliputi, Asfiksia intra uterin, Bayi kurang bulan,
Obat-obat yang diberikan/diminum oleh ibu, Penyakit neuromuscular bawaan (congenital),Cacat bawaan, Hipoksia intrapartum

Derajat Berat Ringannya Asfiksia
1. Normal bila nilai APGAR 7 – 10
2. Asfiksia sedang bila nilai APGAR score 4 – 6
3. Asfiksia berat bila nilai APGAR score 0 – 3

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi asfiksia nenonatorum meliputi faktor ibu dan janin. Faktor dari ibu
diantaranya adalah : gangguan his, hipotensi mendadak pada ibu, hipertensi pada eklamsia,
gangguan mendadak plasenta, sedangkan faktor dari janin meliputi : gangguan aliran darah
dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernafasan, ketuban keruh/mekonium

Tanda Dan Gejala Asfiksia Neonatorum
Tanda- tanda klinik yang perlu diamati yaitu Pernapasan, Denyut Jantung, Warna kulit. Gejala
klinis dibagi menjadi : apnu primer : pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus
neuromuskular menurun dan apnu sekunder : apabila asfiksia berlanjut, bagi menunjukkan
pernafasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, bayi terlihat lemah
(pasif), pernafasan makin lama makin lemah

Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum
Resusitasi :
Memastikan saluran napas terbuka
1. Letakkan bayi dalam posisi telentang atau miring dengan leher agak tengadah (ekstensi).
2. Keringkan tubuh dan mulut bayi dengan handuk kering, kecuali pada bayi dengan
meconium staining.
3. Bila perlu letakkan lipatan handuk atau selimut di belakang bahu bayi
4. Hisap lendir mulai dari mulut kemudian hidung bayi sampai dengan orofaring dan bila
diperlukan sampai trakea.
5. Bila perlu masukkan pipa endotrakeal untuk memastikan saluran napas terbuka.
Memulai pernapasan.
1. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk telapak kaki, menyentil tumit atau
menggosok punggung/dada bayi
2. Nilai pernapasan, denyut jantung dan warna kulit berturut-turut : napas apakah apnu atau
pernafasan normal, frekwensi denyut jantung : hitung frekuesi jantung apakah > 100 x/menit
atau <> 100x/menit, napas spontan, hentikan PPV, bila tidak napas spontan,
PPV lanjut
- Denyut Jantun 60 – 100 x/menit dan bertambah, lanjutkan PPV
- Denyut Jantun 60 – 100 x/menit dan tidak bertambah lanjutkan PPV, bila Denyut Jantung
<> 100x/menit dan bayi bernapas spontan.
Bila perlu pasang sonde lambung melalui mulut untuk mengurangi tekanan udara dalam
lambung

Intubasi Endotrakeal Pada Asfiksia Neonatorum
Indikasi :
1. Bila diperlukan PPV agak lama
2. Bila ventilasi dengan balon dan sungkup tidak efektif
3. Bila perlu melakukan penghisapan lendir di trakea
4. Bila ada kecurigaan hernia diafragmatika
Cara:
1. Penolong berdiri di sisi atas kepala bayi sambil memegang laringoskop dengan tangan
kiri
2. Masukkan daun laringoskop dengan menyusurkan daun laringoskop melalui lidah ke
valekulum.
3. Setelah daun laringoskop masuk, angkat daun laringoskop sedikit sehingga lidah akan
terjulur dan farings terlihat
4. Segera setelah pita suara dan trakea terlihat masukkan pipa endotrakeal, dengan
memegang pipa tersebut dengan tangan kanan dan memasukkannya dari sebelah kanan mulut
bayi
5. Bila pita suara membuka masukkan pipa sampai tanda pita suara di pipa, sehinggga pipa
akan terletak dalam trakea di tengah antara pita suara dan karina.
6. Keluarkan laringoskop, periksa letak pipa untuk meyakinkan pipa masuk ke trakea