Minggu, 24 Januari 2010

Cegah Infeksi dengan Suplementasi Zink

Zink atau zat seng belakangan ini cukup mendapat perhatian. Selain terbukti penting untuk daya tahan tubuh, banyak anak-anak yang ternyata kekurangan mineral ini. Bahkan WHO menyatakan Indonesia berisiko tinggi kekurangan asupan zink karena umumnya hanya mengonsumsi 50% dari angka kecukupan gizi.

Zink adalah mineral penting yang ikut membentuk lebih dari 300 enzim dan protein. Zink terlibat dalam pembelahan sel, metabolisme asam nukleat, dan pembuatan protein. Zink juga membantu kerja beberapa hormon termasuk hormon kesuburan, juga hormon yang diproduksi oleh kelenjar di otak, tiroid, adrenal, dan timus. Contohnya, hormon timulin di kelenjar timus untuk membuat sel limfosit T hanya akan aktif bila sudah berikatan dengan zink. Padahal sel-T ini merupakan pasukan sel darah putih yang menunjang daya tahan tubuh. Hormon prolaktin juga membutuhkan zink untuk menstimulasi ASI dan pertumbuhan kelenjar payudara.

Sebagai antioksidan kuat, zink mampu mencegah kerusakan sel dan menstabilkan struktur dinding sel. Zink berperan dalam proses penyembuhan luka dengan cara merangsang pembentukan dan pemindahan sel kulit ke daerah luka.

Kekurangan zink ringan dapat menimbulkan kurangnya nafsu makan disertai dengan penurunan berat badan, rabun senja, dan mudah terinfeksi. Pengecapan dan penciuman juga bisa terganggu karena sel-sel perasa rusak akibat berkurangnya enzim carbonic anhydrase. Enzim itu hanya bisa terbentuk kalau ada zink.

Kekurangan zink sedang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, kekurangan hormon kesuburan (hipogonadisme), dan melambatnya penyembuhan luka. Yang lebih berat, timbul gejala kerdil, anak sering sakit karena kurangnya sel darah putih, kelenjar timusnya mengecil, botak, kelainan kulit dan pencernaan, diare, dan juga gangguan emosi. Laporan terakhir menunjukkan bahwa kekurangan zink bisa menyebabkan Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Saat ini, zink juga dihubungkan dengan pengobatan AIDS, kanker mulut rahim dan prostat serta terjadinya atherosklerosis.

Di samping fungsinya, zink juga dapat menimbulkan keracunan. Dengan dosis 150-450 mg/ hari, terlihat adanya penurunan status mineral lain seperti tembaga (Cu), perubahan fungsi zat besi, merendahnya fungsi daya tahan tubuh, dan rendahnya kadar kolesterol baik (HDL).

Mengatasi Diare dengan Tepat

Biasanya diare pada anak-anak dianggap suatu hal yang enteng ,sehingga ketika datang kedokter sudah terlambat anak kekurangan cairan, lemas, hingga dehidrasi berat. Padahal masalah diare sebetulnya dapat diatasi dirumah.

Diare dapat menyerang semua kalangan baik kaya ataupun miskin. Pada umumnya bayi berumur kurang dari 1 bulan sudah dinyatakan diare jika frekuensi 'pup"-nya lebih dari empat kali sehari. Kebanyakan penyebab diare adalah rotavirus. Virus tersebut masuk melalui mulut dan penularannya melalui kontaminasi tangan, botol, alat makan. Orang tua harus mulai mewaspadai jika anak mulai 'pup'-nya tidak normal, karena diare anak mulai lemas kemudian ditandai dengan demam misal suhu lebih 39,55 0C. Ciri-ciri diare rotavirus biasanya bau pup-nya lebih asam, berair, anus kadang ikut memerah, BAB berbusa, kentut lebih banyak, karena gas tinggi.

Stop memberikan antibiotika, kerena virus tidak membutuhkan antibiotika karena justru akan memperburuk keseimbangan bakteri usus.

Yang paling penting adalah rehidrasi, dengan memberikan cairan secukupnya yaitu oralit atau pedialit. Metode pemberian dengan small frekuensi, misalnya pemberian dua sendok untuk tiap dua menit, air tajin juga ampuh untuk mengatasi diare.

Anak yang diare tetap diberikan asupan makanan, seperti hari biasanya dan jangan lupa susu yang tidak mengandung laktosa ,hanya perlu dihindari makanan berserat dan manis seperti buah melon, pepaya, jeruk dan sayur. Berikan saja buah pisang.Makanan penting karena untuk pembentukan tubuh dan memperbaiki jaringan usus agar bisa pulih.

Pemberian ASI tetap diberikan, karena pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, sangat jarang, bahkan tidak terkena diare.

Yoghurt juga dapat menjadi alternatif mengatasi diare ,yang perlu diperhatikan adalah kualitas yoghurt. Menurut standar internasional harus mengandung maksimum 10 koliform per gram dan 100 kapang atau khamir per gram, selain itu tidak boleh mengandung lebih dari 2% senyawa pembentuk tekstur (penstabil, pembentuk gel, pengental atau pengemulsi), asam sitrat, pewarna makanan, pengawet makanan yang diizinkan. Bakteri baik atau probiotik akan menghasilkan antibiotika alami, yang membantu keutuhan usus, proses metabolisme, dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Sunat Mengurangi Risiko HIV

Kalbe - Penurunan risiko infeksi HIV pada laki-laki yang disunat tidak dapat dijelaskan dengan pengurangan luka misalnya akibat penyakit herpes. Hal itu berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLoS Medicine.

Dalam analisis selanjutnya terhadap data dari dua uji coba klinis yang melibatkan lebih dari 5.000 laki-laki di daerah pedesaan Uganda, yang menunjukkan bahwa sunat mengurangi risiko infeksi HIV pada laki-laki sejumlah kurang lebih 60%. Ron Gray dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health dan rekan meneliti faktor yang terkait dengan penurunan risiko tersebut. Secara khusus, mereka meneliti apakah infeksi HSV-2, virus penyebab herpes kelamin, dan apakah ulkus kelamin akibat penyebab apapun, dapat menyokong tingkat infeksi HIV yang lebih rendah pada peserta penelitian yang disunat.

Peneliti menemukan bahwa penurunan penyakit ulkus kelamin bergejala hanya menyokong kurang lebih 10% dampak perlindungan yang terkait dengan sunat, dan tidak menemukan hubungan sunat terhadap perlindungan pencegahan HSV-2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penurunan penularan HIV oleh sunat pada laki-laki dapat dijelaskan dengan dibuangnya jaringan kulup yang rentan yang mengandung sel sasaran HIV. Mereka juga berpendapat bahwa sunat mengurangi penyakit ulkus kelamin terutama dengan mengurangi tingkat infeksi ulkus karena penyebab selain herpes, termasuk luka akibat trauma ringan selama hubungan seks.